Friday, February 14, 2014

12 Pikiran Konyol dan Berbahaya Tentang Harga Saham



Tulisan ini adalah intisari dari isi bab 18 dalam buku One Up on Wall Street yang ditulis oleh Peter Lynch. Saya merasa perlu membahas isu ini karena pikiran-pikiran ini sering dirasakan oleh investor, termasuk saya. Pembahasan adalah komentar bebas saya berdasarkan teks yang ada di buku tersebut di halaman 254 dan seterusnya.
1. If it’s gone down this much already, it can’t go much lower
Harga saham sudah turun terlalu rendah, tak masuk akal harganya akan jatuh lagi. Kita sering berpikir begitu. Tapi kenyataannya harga saham bisa turun lebih dalam lagi. Setelah memikirkan kenapa saham turun, kita tentu akan berusaha mencari cerita buruk, melakukan analisa fundamental keuangan perusahaan, bila perlu setiap hari dalam seminggu. Kita biasanya punya dua kesimpulan ini:
  • Kita memegang saham pemenang, tak ada yang salah. Maka satu hal yang perlu disiapkan adalah dana. Saham pemenang kita sedang memberi kesempatan kita untuk memberi keuntungan yang lebih banyak.
  • Kita memegang saham jelek, ternyata ada analisa kita yang salah. Maka secepatnya keluar. Saham kalah akan cenderung kalah dan tak akan bisa kembali ke harga yang lebih tinggi lagi dalam waktu cepat.
2. If it’s gone this high already, how can it possibly go higher
Jika harga sudah beranjak setinggi ini, bagaimana bisa ini bisa lebih tinggi lagi. Ini mirip yang saya hadapi ketika mengetahui saham CLPI yang pernah saya pegang beranjak dari 345-an menuju 450. Di titik itu saya berpikir menjual dalam waktu cepat. Kesempatan ambil untung karena sudah berada pada sejarah harga saham. Tapi ternyata harganya masih melaju ke 800-an. Saya jual lagi. Lalu harga saham pergi ke kisaran 1200-an. Kemudian saya berpikir seperti ini, tak mungkin bisa naik lagi. Tapi saya rasa mungkin. Dan ternyata harganya bisa beranjak ke 1900-an, lalu saya jual sedikit sisanya. Dan ketika harga mencapai 2500 barulah saya keluar karena ini memang sudah keterlaluan tinggi. Saya terlalu beruntung. Harga CLPI masih beranjak ke kisaran 2600-an ke atas sebelum akhirnya mengalami koreksi hingga harga saat ini di area 1400-1500.
Bila harga saham naik dan naik lagi, pastikan bahwa kenaikan itu karena hal wajar atau tak wajar. Riset kembali, cari cerita baik dan cerita buruk perusahaan, cek kembali fundamental, bila perlu hingga 5 kali seminggu itu (kita bisa terlalu santai menghadapi berita baik bukan?), lalu putuskan dua hal ini:
  • Bila kenaikan masih dalam batas harga wajar, dan kenaikan dalam gerakan lambat, kita bisa abaikan kenaikan itu. Harga saham bisa membumbung tinggi, tinggi, dan lebih tinggi asal perusahaan masih mencatatkan pertumbuhan yang bagus dan dikelola baik. Pengalaman investor profesional mengatakan pertumbuhan saham perusahaan bagus adalah tidak terbatas. Tak ada istilah target jual pada harga buat para investor.
  • Bila kenaikan sudah melebihi batas harga dan sangat keterlaluan, apalagi bergerak dalam jangka waktu yang cepat, ini hal tidak wajar. Ambil keuntungan tak ada salahnya.
3. It’s only $3 a share: what can I lose?
Jika harga saham hanya 50-an, apa yang bisa saya sesalkan? Ini adalah pemikiran salah. Saham berharga kecil lebih punya potensi kerugian yang sangat cepat. Saham 50 bergerak ke 40 saja kita sudah rugi 20%. Bandingkan dengan saham 10.000 yang turun ke 9.000, atau hanya 10%. Perhatikan persentasenya, bukan nilainya.
4. Eventually they always come back
Pada saatnya harganya akan kembali. Ini juga pemikiran khas spekulator. Sekali lagi, bila ada fluktuasi harga, pastikan untuk riset kembali. Cari cerita baik dan buruk, yakinkan diri kita bahwa kita berinvestasi di perusahaan jagoan. Bila cerita buruk, segera lepaskan. Saya pernah memikirkan hal serupa dan mencatat kerugian 1,6 juta dari investasi senilai 6,5 juta. Parah kan?
5. It’s always darkest before the dawn
Hari akan selalu lebih gelap setelah senja datang. Lynch memfokuskan hal ini pada tendensi manusia untuk tidak percaya bahwa hal buruk tidak akan bisa lebih buruk lagi. Ini mirip pada pemikiran nomor 1 di atas. Tapi mari kita pikirkan pada industri dan ekonomi makro. Investor harus selalu siap meski tidak perlu terlalu khawatir. Ekonomi makro yang buruk bisa mempengaruhi investasi kita. Ekonomi bisa lebih buruk lagi. Yang perlu kita yakinkan adalah bagaimana manajemen tempat kita berinvestasi menangani masalah tersebut, apakah mereka menyalahkan kondisi ekonomi ataukah mereka siap dengan berbagai strategi untuk mengatasinya. Hari akan gelap setelah senja. Tapi jangan lupa setelah malam pasti datang pagi.
6. When it rebounds to $10 I’ll sell
Jika harga kembali ke 100 akan saya jual. Seringkali investor jangka pendek berpikiran seperti ini. Mereka beli sebuah saham di harga 100, lalu saham turun ke 95, ke 90, saham sempat naik ke 95. Mereka berpikir jika harga kembali ke 100 mereka akan menjualnya. Ada dua hal yang mungkin terjadi pada kejadian seperti ini:
  • Saham makin jatuh terpuruk karena kenyataannya perusahaan sudah stagnan. Sahamnya tak pernah kembali ke 100 lagi.
  • Saham kembali ke harga 100, dan ternyata perusahaan memang bagus, lalu investor tersebut menjualnya karena takut rugi besar seperti dulu. Lalu harga saham ternyata meroket hingga 200, 300 bahkan 500. Setahun kemudian baru diketahui harga wajarnya memang di kisaran 500.
Saya pernah mengalami dua kejadian di atas, maka Anda jangan mengalaminya. Riset. Riset. Dan selalu riset. Putuskan jual bila memang analisa kita sebelumnya salah, apalagi setelah ada kesempatan rebound sedikit.
7. What me worry? Conservative stocks don’t fluctuate much
Apa yang harus dikhawatirkan? Saham konservatif saya tidak berfluktuasi terlalu banyak. Sebenarnya Lynch bicara tentang saham semacam perusahaan utilitas. Tapi ini berlaku teradap saham yang sering kita anggap aman dan stabil. Pemikiran ini sering dipunya oleh pemegang saham perusahaan konservatif dan lama tidak ada berfluktuasi, atau saham mati, atau saham tidur. Tentu kita mengabaikan saham tidur yang perusahaannya memang tidak bagus. Ada banyak saham tidur yang fundamental perusahaannya bagus. Kenapa mereka tidak banyak berfluktuasi karena mayoritas investor masih percaya saham ini dan tidak ingin menjualnya. CLPI pernah tidur lama di kisaran 1400-1500 selama beberapa tahun. Transaksi rendah. Lalu tiba-tiba pemegang saham institusi asing melepas saham dan harga jatuh ke 450-an lalu tidur lagi. Fluktuasinya rendah di kisaran 400-500. Lalu tiba-tiba dooor! Melonjak ke 2000-an sebelum kembali ke 1400-1500. Banyak saham yang saya pegang saat ini termasuk saham tidur. Siapa takut?
8. It’s taking too long for anything to ever happen
Ini membutuhkan waktu terlalu lama agar sesuatu terjadi. Bagi investor jangka panjang seringkali mempunyai pikiran ini. Setelah 7 bulan pegang saham kenapa harganya tidak naik-naik. Fluktuasi hanya beberapa poin, naik turun seperti yoyo, tapi dalam area kecil. TRST seperti itu. ARNA pernah seperti itu. Tapi lihat TRST pernah menyentuh 700 sebelum kembali ke kisaran 415-440, lalu kembali seperti yoyo. ARNA pernah begitu sebelum akhirnya menyentuh kisaran 500-an saat ini. BRNA bergerak di kisaran 1600-1700 dalam waktu yang sangat lama. Memegang saham yang lama tak bergerak seperti membuat kita merasa melakukan kesalahan pemilihan. Saham-saham yang saya sebut ini memang pada akhirnya pernah bergerak setelah beberapa bulan. Tapi bila ada saham yang tidak bergerak dalam tahunan, mungkin kita harus siap. Intinya kita harus selalu berbekal analisa dari riset. Kalau semua cerita masih bagus kenapa takut lama?
9. Look at all the money I’ve lost: I didn’t buy it!
Ah saya sudah rugi jutaan, lebih baik saya keluar, saya tidak percaya hal ini lagi. Saat ini saya sudah rugi 1 juta rupiah lebih di salah satu saham. Tapi saya mencoba mengabaikan kerugian ini. Pada Februari tahun lalu saya merasakan rugi 2,5 juta dari investasi saham saya, di tahun pertama saya masuk saham! Faktanya kekayaan saya tidak berkurang satu persen pun, hanya angkanya berubah, dan angka ini bisa berubah-ubah. Kalau saya tak percaya lalu keluar saat itu tentu saya tak akan pernah merasakan untung hampir 200%.
10. I missed that one, I’ll catch the next one
Aku kehilangan saat itu, aku akan menangkap peluang berikutnya. Hal ini adalah tentang keserakahan. Saya sering merasakan hal ini. Saya tidak menangkap kesempatan beberapa saham tumbuh dan bagus seperti Alam Sutra (ASRI) dan Surya Semesta Internusa (SSIA) atau juga Astra Graphia (ASGR). Maka saya ingin menangkap peluang lainnya, berharap sahamnya jatuh atau mencari saham sejenis. Pemikiran seperti ini bisanya melelahkan dan merusak psikologi investasi kita. Abaikan apa yang kita lewatkan. Fokus pada perusahaan menarik yang masih tersedia. Dijamin pikiran kita lebih santai dan tenang. Dan jangan lupa, saham seperti ASRI, SSIA, ASGR, atau SMSM (ketika saya menjual terlalu banyak beberapa bulan lalu) masih bisa berharga cukup murah asal perusahaan tersebut tumbuh cukup pesat. Contoh yang jelas, baru saja ASRI membukukan keuntungan 107% lebih tahun lalu, hal ini akan mengevaluasi harga wajarnya sehingga di harga yang sudah mahal pun jadi terasa lebih murah. Tak ada salahnya membeli kalau memang masih menyisakan margin of safety cukup banyak. Disclaimer: ini bukan rekomendasi beli. Hitung kembali sendiri. Segala transaksi adalah tanggungjawab Anda.
11. The stock’s gone up, so I must be right or
12. The stock’s gone down, so I must be wrong.
Harga sahamnya sudah naik, berarti saya benar, atau harga sahamnya sudah turun, saya pasti salah. Keduanya merupakan pikiran yang konyol bukan? Fluktuasi itu biasa saja. Kenyartaannya naik turun harga saham tidak mengubah kekayaan kita. Nilai pasar kita berubah tentu saja. Tapi itu biasa saja.
Tulisan ini adalah juga sebagai pengingat bagi saya sendiri, jadi mari mulai sekarang berhenti berpikir konyol tentang harga saham kita. Selamat berinvestasi!

No comments: