Buku ini menceritakan 2 “ayah”
Robert T. Kiyosaki, yakni ayah kandungnya -sebagai kepada dinas pendidikan di
Hawaii, yang berpendidikan tinggi, tapi tidak mengajarkan -yang disebut Robert-
intelegensi finansial, dan meninggal dunia tanpa meninggalkan sepeser uang. Ayahnya
ini dipanggilnya “poor dad” karena dianggapnya tidak melek finansial. Sedangkan
ayah ke-2, sebenarnya adalah ayah temannya (nama temannya adalah Mike)
yang ketika mereka berdua masih berumur 9 tahun, “ayah” tsb ( disebutnya
“rich dad”) mulai berbisnis banyak (toko, konstruksi, restoran) dalam skala
kecil, dan meninggal dalam keadaan mewariskan imperium bisnis kepada anaknya,
si Mike.
Hal 29:
“Jadi, apa yang akan memecahkan masalah?”, tanya saya. “Menerima begitu saja uang 10 sen yang amat kecil ini dan tersenyum?”
“Jadi, apa yang akan memecahkan masalah?”, tanya saya. “Menerima begitu saja uang 10 sen yang amat kecil ini dan tersenyum?”
Ayah saya yang kaya
tersenyum,”Itulah yang dilakukan oleh banyak orang. Mereka dengan pasrah
hanya menerima slip gaji karena tahu bahwa tanpa itu, mereka sekeluarga
akan kesulitan secara finansial. Tetapi hanya itu yang mereka lakukan, menanti
kenaikan upah dengan berpikir bahwa uang yang lebih banyak akan memecahkan
masalah. Kebanyakan hanya menerimanya, dan sebagian mencari pekerjaan
sambilan untuk bekerja lebih keras, tapi lagi-lagi menerima upah yang kecil”.
Saya duduk memandangi lantai, mulai
memahami pelajaran yang diberikan oleh ayah saya yang kaya. Saya bisa merasakan
inilah rasanya kehidupan. Akhirnya saya memandang ke atas lagi dan bertanya,
“Jadi, apa yang akan memecahkan masalah?”
“Ini”, katanya sambil menepuk kepala
saya perlahan-lahan. “Benda di antara kedua telingamu ini.”
Hal 40; penjelasan oleh Rich Dad:
“Tidak, kekayaan tidak memecahkan masalah. Saya akan menjelaskan emosi yang lain, yaitu hasrat dan keinginan. Ada yang menyebutnya ketamakan, tapi saya lebih senang menyebutnya keinginan. Sangatlah wajar bila orang menginginkan sesuatu yang lebih baik, lebih indah, lebih menyenangkan. Jadi orang bekerja untuk uang karena keinginan. Mereka menginginkan uang untuk kesenangan yang mereka pikir bisa mereka beli. Tetapi kesenangan yang dibawa oleh uang seringkali tidak lama, dan mereka pun segera menginginkan uang lebih banyak untuk mendapatkan kesenangan lebih banyak, kenikmatan lebih banyak dan keterjaminan lebih banyak. Karena itu mereka terus bekerja, mengira bahwa uang akan menenangkan jiwa mereka yang diganggu oleh rasa takut dan keinginan. Tetapi uang tidak dapat menenangkan jiwa.”
“Tidak, kekayaan tidak memecahkan masalah. Saya akan menjelaskan emosi yang lain, yaitu hasrat dan keinginan. Ada yang menyebutnya ketamakan, tapi saya lebih senang menyebutnya keinginan. Sangatlah wajar bila orang menginginkan sesuatu yang lebih baik, lebih indah, lebih menyenangkan. Jadi orang bekerja untuk uang karena keinginan. Mereka menginginkan uang untuk kesenangan yang mereka pikir bisa mereka beli. Tetapi kesenangan yang dibawa oleh uang seringkali tidak lama, dan mereka pun segera menginginkan uang lebih banyak untuk mendapatkan kesenangan lebih banyak, kenikmatan lebih banyak dan keterjaminan lebih banyak. Karena itu mereka terus bekerja, mengira bahwa uang akan menenangkan jiwa mereka yang diganggu oleh rasa takut dan keinginan. Tetapi uang tidak dapat menenangkan jiwa.”
Hal 58; Usahawan Terkaya
Pada tahun 1932, sekelompok pemimpin kami yang paling hebat dan para usahawan terkaya mengadakan sebuah pertemua di Hotel Edgewater Beach di Chicago. Diantara mereka yang hadir tampak Charles Schwab, pimpinan perusahaan baja terbesar; Samuel Insull, presiden perusahaan jasa publik terbesar di dunia; Howard Hopson, pimpinan perusahaan gas terbesar; Ivan Kreuger, presiden International Match Co., salah satu perusahaan terbesar di dunia pada waktu itu; Leon Frazier, presiden Bank of International Settlements; Richard Whitney, presiden New York Stock Exchange; Arthur Cotton dan Jesse Livermore, dua spekulator saham terbesar; dan Albert Fall, anggota kabinet Presiden Harding. Dua puluh lima tahun kemudaian, sembilan dari mereka (yang tercantum di atas), nasibnya berakhir seperti berikut: Schwab meninggal tanpa uang sepeser pun setelah hidup selama lima tahun dengan uang pinjaman. Insull meninggal tanpa uang di tanah asing. Kreuger dan Cotton juga meninggal tanpa uang. Hopson menjadi gila. Whitney dan Albert Fall baru saja dilepaskan dari penjara. Fraser dan Livermore mati bunuh diri.
Pada tahun 1932, sekelompok pemimpin kami yang paling hebat dan para usahawan terkaya mengadakan sebuah pertemua di Hotel Edgewater Beach di Chicago. Diantara mereka yang hadir tampak Charles Schwab, pimpinan perusahaan baja terbesar; Samuel Insull, presiden perusahaan jasa publik terbesar di dunia; Howard Hopson, pimpinan perusahaan gas terbesar; Ivan Kreuger, presiden International Match Co., salah satu perusahaan terbesar di dunia pada waktu itu; Leon Frazier, presiden Bank of International Settlements; Richard Whitney, presiden New York Stock Exchange; Arthur Cotton dan Jesse Livermore, dua spekulator saham terbesar; dan Albert Fall, anggota kabinet Presiden Harding. Dua puluh lima tahun kemudaian, sembilan dari mereka (yang tercantum di atas), nasibnya berakhir seperti berikut: Schwab meninggal tanpa uang sepeser pun setelah hidup selama lima tahun dengan uang pinjaman. Insull meninggal tanpa uang di tanah asing. Kreuger dan Cotton juga meninggal tanpa uang. Hopson menjadi gila. Whitney dan Albert Fall baru saja dilepaskan dari penjara. Fraser dan Livermore mati bunuh diri.
Saya ragu apakah orang bisa
mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka. Jika kita melihat tahun
terjadinya, 1923, itu persis sebelum terjadinya kehancuran pasar dan Depresi
Besar pada 1929, yang saya duga berpengaruh sangat besar pada orang-orang itu
dan kehidupan mereka. Poinnya adalah begini: Sekarang kita hidup dalam zaman
perubahan yang lebih besar dan lebih cepat daripada yang mereka alami. Saya
sangat prihatin bahwa terlalu banyak orang menaruh perhatian terlalu besar pada
uang dan bukan pada harta mereka yang terpenting, yakni pendidikan mereka.
Jika orang disiapkan untuk fleksibel, berpikiran terbuka, dan terus belajar,
mereka akan tumbuh semakin kaya melalui perubahan-perubahan itu. Jika mereka
mengiran bahwa uang akan memecahkan masalah mereka, saya khawatir orang-orang
ini akan menjalani hidup yang berat dan buruk. Kecerdasan bisa memecahkan
masalah dan menghasilkan uang. Memiliki uang tanpa kecerdasan finansial akan
membuat uang itu cepat habis.
Kebanyakan orang tidak bisa
menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini bukanlah berapa banyak uang yang
bisa Anda hasilkan, tetapi berapa banyak uang yang bisa Anda simpan. Kita tentu
pernah mendengar kisah-kisah tentang orang miskin yang memenangkan undian.
Secara tiba-tiba mereka menjadi kaya raya, tapi tak lama kemudian jatuh
miskin lagi. Mereka memenangkan undian atau lotere jutaan dolar, tapi dalam
waktu singkat mereka kembali ke titik di mana mereka mulai. Atau kisah tentang
para atlet profesional, yang pada umur 24 tahun, meraup uang jutaan dolar
setahun, dan tidur di bawah kolong jembatan pada umur 34 tahun. Dalam sebuah
surat kabar yang saya baca ketika saya menulis buku ini, ada cerita tentang
seorang pemain basket yang masih muda yang tahun lalu memiliki uang jutaan
dolar. Sekarang, dia mengklaim teman-temannya, pengacara dan akuntan telah
mengambil uangnya, dan saat ini dia bekerja di tempat cuci mobil dengan upah
yang minim.
Hal 74: Kisah tentang bagaimana pencarian
impian finansial berubah menjadi mimpi buruk finansial
Ini diperlihatkan sangat baik dengan
kembali kepada pasangan muda yang keduanya sama-sama bekerja. Karena
pemasukan/penghasilan mereka naik, mereka memutuskan untuk pindah (dari
apartemen) dan membeli rumah impian mereka. Setelah tinggal di rumah baru,
mereka mempunyai sebuah pajak baru, yang disebut pajak properti (PBB). Kemudian
mereka membeli sebuah mobil baru, furnitur baru, peralatan baru yang sesuai
dengan rumah baru mereka. Semuanya terjadi dalam sekejap, mereka terjaga dan
kolom liabilitas mereka penuh dengan utang kredit rumah dan utang kartu kredit. Mereka
sekarang terjebak dalam perlombaan tikus. Anak yang mereka harapan pun lahir
sudah. Mereka bekerja lebih keras lagi. Proses itu pun terulang dengan
sendirinya. bla bla bla akhirnya kartu kredit mereka terlunasi
dengan menutupnya dengan hipotek rumah. Cicilan mereka turun karena mereka
memperpanjang utang mereka sampai 30 tahun lebih.
Tetangga mereka menelpon dan
mengundang mereka untuk berbelanja -maklum obral besar menjelang hari raya
sedang digelar di semua toko dan mal. Sebuah kesempatan untuk menghemat uang,
karena harga jelas lebih murah. Mereka berkata dalam hati, “Saya tidak akan
membeli apa pun. Saya akan melihat-lihat saja.” Tetapi bila kebetulan mereka
menemukan sesuatu, mereka pun akan mengeluarkan kartu kredit mereka dari
dompet.
Saya bertemu pasangan muda seperti
ini sepanjang waktu, hanya saja nama-nama mereka berbeda, tetapi masalah
finansial mereka tetap sama. Mereka datang ke salah satu seminar saya untuk
menedengarkan apa yang harus saya katakan. Mereka bertanya pada saya, “Bisakah
Anda mengatakan pada kami bagaimana caranya menghasilkan uang lebih banyak?” Kebiasaan
mereka menghabiskan/membelanjakan uang telah membuat mereka mencari uang yang
lebih banyak.
Mereka bahkan tidak tahu bahwa
masalah sesungguhnya adalah bagaimana mereka memilih membelanjakan uang yang
memang mereka miliki, dan itulah penyebab riil dari pergumulan finansial
mereka. Ini disebabkan oleh kebutaan finansial dan tidak memahami antara
aset dan liabilitas.
Uang yang lebih banyak tidak selalu
menyelesaikan masalah uang yang dialami seseorang. Intelegensilah yang
menyelesaikan masalah. Ada perumpamaan yang dikatakan oleh seorang teman
saya berulan kali kepada mereka yang berutang, “Jika kamu mendapati dirimu
dalam sebuah lubang… berhentilah menggali.”
Hal 79:
Diagram di bawah ini mengilustrasikan perbedaan persepsi antara ayah saya yang kaya dan ayah saya yang miskin mengenai rumah mereka. Ayah yang satu berpikir bahwa rumahnya adalah aset, dan ayah satunya lagi berpikir bahwa rumahnya adalah liabilitas (kewajiban).
Diagram di bawah ini mengilustrasikan perbedaan persepsi antara ayah saya yang kaya dan ayah saya yang miskin mengenai rumah mereka. Ayah yang satu berpikir bahwa rumahnya adalah aset, dan ayah satunya lagi berpikir bahwa rumahnya adalah liabilitas (kewajiban).
Saya ingat ketika saya menggambar
diagram berikut ini untuk memperlihatkan arah arus kas kepada ayah saya. Saya
juga memperlihatkan kepadanya pengeluaran tambahan akibat memiliki rumah. Sebuah
rumah yang lebih besar berarti pengeluaran yang lebih besar, dan arus kas
terus keluar melalui kolom pengeluaran.
Hal 127
Permainan CASHFLOW (buatan Robert, red) didisain untuk memberikan umpan balik pribadi kepada setiap pemain. Tujuanya adalah memberi Anda pilihan. Jika Anda menarik kartu bergambar kapal dan itu menempatkan Anda dalam utang, pertanyaannya adalah, “Sekarang, apa yang dapat Anda lakukan?” Berapa banyak pilihan finansial yang berbeda dapat Anda ajukan? Itulah tujuan permainan itu: mengajar pemain untuk berpikir dan menciptakan pilihan-pilihan finansial yang baru dan beragam.
Permainan CASHFLOW (buatan Robert, red) didisain untuk memberikan umpan balik pribadi kepada setiap pemain. Tujuanya adalah memberi Anda pilihan. Jika Anda menarik kartu bergambar kapal dan itu menempatkan Anda dalam utang, pertanyaannya adalah, “Sekarang, apa yang dapat Anda lakukan?” Berapa banyak pilihan finansial yang berbeda dapat Anda ajukan? Itulah tujuan permainan itu: mengajar pemain untuk berpikir dan menciptakan pilihan-pilihan finansial yang baru dan beragam.
Ada orang yang bermain CASHFLOW
memperoleh banyak uang dalam permainan itu, tetapi mereka tidak tahu apa yang
harus dilakukan dengan hal itu. Kebanyakan dari mereka juga tidak berhasil
secara finansial dalam kehidupan nyata sehari-hari. Setiap orang lain kelihatan
lebih maju daripada mereka, sekalipun mereka mempunyai banyak uang. Dan itu
benar dalam kehidupan nyata. Ada banyak orang yang mempunyai banyak uang dan
tidak maju secara finansial.
Membatasi pilihan Anda sama saja
dengan bergantung pada gagasan-gagasan lama. Saya mempunyai seorang teman SMU
yang sekarang bekerja di tiga pekerjaan. Dua puluh tahun yang lalu, dia adalah
yang terkaya di kelas saya. Ketika perkebunan gula setempat ditutup, perusahaan
tempat dia bekerja turut merosot bersama perkebunan itu. Dalam benaknya, dia
hanya mempunyai satu pilihan dan itu adalah pilihan kuno: bekerja keras.
Masalahnya adalah, dia tidak dapat menemukan pekerjaan setara yang mengakui
senioritasnya dalam perusahaan lama. Akibatnya, pekerjaan yang sekarang dia
dapatkan sebenarnya berada di bawah kualifikasi yang dimilikinya, sehingga
upahnya pun lebih rendah. Dia sekarang mengerjakan tiga pekerjaan untuk
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk bertahan hidup.
Hal 129
Sebagai anak muda, Mike dan saya terus-menerus diberi tahu oleh ayah saya yang kaya bahwa “Uang tidaklah riil”. Ayah yang kaya kadang-kadang mengingatkan kami tentang betapa dekatnya kami dengan rahasia uang pada hari pertama kami berkumpul dan mulai “membuat uang” dari batu gips. “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang“, katanya. “Orang kaya menciptakan uang. Semakin riil uang itu menurut kalian, semakin keras kalian akan bekerja untuknya. Jika kalian dapat mengerti gagasan bahwa uang tidak riil, kalian akan tumbuh lebih kaya dengan lebih cepat.”
Sebagai anak muda, Mike dan saya terus-menerus diberi tahu oleh ayah saya yang kaya bahwa “Uang tidaklah riil”. Ayah yang kaya kadang-kadang mengingatkan kami tentang betapa dekatnya kami dengan rahasia uang pada hari pertama kami berkumpul dan mulai “membuat uang” dari batu gips. “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang“, katanya. “Orang kaya menciptakan uang. Semakin riil uang itu menurut kalian, semakin keras kalian akan bekerja untuknya. Jika kalian dapat mengerti gagasan bahwa uang tidak riil, kalian akan tumbuh lebih kaya dengan lebih cepat.”
Satu-satunya aset yang paling kuat
yang kita miliki adalah pikiran kita. Jika pikiran dilatih dengan baik, ia
dapat menciptakan kekayaan yang luar biasa dalam waktu yang kelihatannya
singkat. Kekayaan yang melampaui impian para raja dan ratu 300 tahun yang lalu.
Pikiran yang tidak terlatih juga dapat menciptakan kemiskinan yang ekstrim yang
akan terus berlanjut dengan mengajarkannya pada keluarga mereka.
Hal 153:
Di sekolah dan tempat kerja, pendapat populer adalah ide tentang “spesialisasi”. Yakni, untuk mendapatkan uang lebih banyak atau dipromosikan, Anda harus mengambil “spesialisasi“. Itu sebabnya para dokter medis selalu mencari spesialisasi. Hal yang sama juga berlaku untuk akuntan, arsitek, pengacara, pilot, dan lain-lain. Ayah saya yang berpendidikan bercaya pada dogma yang sama itu. Itu sebabnya dia sangat bersemangat ketika dia akhirnya mencapai gelar doktoralnya. Dia sering mengakui bahwa sekolah mengganjar orang yang semakin banyak belajar tentang apa yang kurang.
Di sekolah dan tempat kerja, pendapat populer adalah ide tentang “spesialisasi”. Yakni, untuk mendapatkan uang lebih banyak atau dipromosikan, Anda harus mengambil “spesialisasi“. Itu sebabnya para dokter medis selalu mencari spesialisasi. Hal yang sama juga berlaku untuk akuntan, arsitek, pengacara, pilot, dan lain-lain. Ayah saya yang berpendidikan bercaya pada dogma yang sama itu. Itu sebabnya dia sangat bersemangat ketika dia akhirnya mencapai gelar doktoralnya. Dia sering mengakui bahwa sekolah mengganjar orang yang semakin banyak belajar tentang apa yang kurang.
Ayah yang kaya mendorong saya untuk
melakukan hal yang sebaliknya, “Kamu ingin tahu sedikit tentang apa yang
banyak” adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja
di bidang-bidang yang berbeda dalam perusahaannya. Untuk sementara,
saya bekerja di departemen akuntingnya. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah
menjadi akuntan, dia ingin saya belajar lewat “osmosis” (pelajaran/pengertian
yang berangsur-angsur). Ayah yang kaya tahu saya akan mengambil “jargon” dan
pengertian akan apa yang penting dan apa yang tidak penting. Saya juga bekerja
sebagai kenek dan pekerja bangunan, dan juga penjualan, pemesanan, dan
pemasaran. Dia “mengurus” Mike dan saya. Itu sebabnya dia mendesak kami duduk
dalam pertemuan dengan para bankir, pengacara, akuntan, dan broker-nya. Dia
ingin kami tahu sedikit tentang setiap aspek imperiumnya.
Hal 156:
Sekali orang terjebak dalam proses seumur hidup untuk membayar tagihan, mereka menjadi seperti tupai kecil yang berlari-lari dalam lingkaran sangkar mereka yang kecil. Kaki-kaki kecil mereka yang berbuku berputar mati-matian, sangkarnya pun berputar kencang, tetapi ketika esok tiba, mereka masih tetap berada dalam sangkar yang sama: pekerjaan yang hebat (sindiran, red)
Sekali orang terjebak dalam proses seumur hidup untuk membayar tagihan, mereka menjadi seperti tupai kecil yang berlari-lari dalam lingkaran sangkar mereka yang kecil. Kaki-kaki kecil mereka yang berbuku berputar mati-matian, sangkarnya pun berputar kencang, tetapi ketika esok tiba, mereka masih tetap berada dalam sangkar yang sama: pekerjaan yang hebat (sindiran, red)
Hal 160:
Ketika saya bertanya pada kelas yang saya ajar, “Berapa banyak dari kalian yang dapat memasak hamburger yang lebih enak ketimbang McDonalds?” Hampir semua murid mengangkat tangan mereka. Kemudian saya bertanya, “Jadi, jika kebanyakan dari kalian dapat memasak hamburger yang lebih enak, bagaimana McDonald’s bisa menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?”
Ketika saya bertanya pada kelas yang saya ajar, “Berapa banyak dari kalian yang dapat memasak hamburger yang lebih enak ketimbang McDonalds?” Hampir semua murid mengangkat tangan mereka. Kemudian saya bertanya, “Jadi, jika kebanyakan dari kalian dapat memasak hamburger yang lebih enak, bagaimana McDonald’s bisa menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?”
Jawabannya jelas: McD sangat hebat
dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin
adalah karena mereka memfokuskan diri untuk membangun hamburger yang lebih
enak, dan hanya tahu sedikit atau tidak sama sekali tentang sistem bisnis.
Hal 164:
Kedua ayah saya bersifat murah hati. Keduanya mudah memberi. Mengajar adalah satu cara mereka untuk memberi. Semakin banyak mereka memberi, semakin banyak yang mereka terima. Satu perbedaan yang mencolok adalah dalam hal memberikan uang. Ayah yang kaya memberikan banyak uang begitu saja. Dia memberi pada tempat ibadahnya, yayasannya, untuk berbagai kegiatan amal. Dia tahu bahwa untuk menerima uang, Anda harus memberi uang. Memberi uang adalah rahasia bagi kebanyakan keluarga yang sangat kaya. Itu sebabnya ada organisasi seperti Rockefeller Foundation dan Ford Foundation. Organisasi-organisasi itu dirancang untuk mengambil kekayaaan mereka dan meningkatkannya, dan juga memberikannya untuk selama-lamanya.
Kedua ayah saya bersifat murah hati. Keduanya mudah memberi. Mengajar adalah satu cara mereka untuk memberi. Semakin banyak mereka memberi, semakin banyak yang mereka terima. Satu perbedaan yang mencolok adalah dalam hal memberikan uang. Ayah yang kaya memberikan banyak uang begitu saja. Dia memberi pada tempat ibadahnya, yayasannya, untuk berbagai kegiatan amal. Dia tahu bahwa untuk menerima uang, Anda harus memberi uang. Memberi uang adalah rahasia bagi kebanyakan keluarga yang sangat kaya. Itu sebabnya ada organisasi seperti Rockefeller Foundation dan Ford Foundation. Organisasi-organisasi itu dirancang untuk mengambil kekayaaan mereka dan meningkatkannya, dan juga memberikannya untuk selama-lamanya.
Ayah saya yang berpendidikan selalu
mengatakan, “Bila saya mempunyai uang lebih, saya akan memberikannya.”
Masalahnya adalah, tidak pernah ada uang lebih. Maka dia bekerja semakin keras
untuk mendapatkan uang lebih banyak daripada memfokuskan diri pada hukum uang
yang paling penting, “Berikanlah dan Anda akan menerima”. Sebaliknya dia
percaya pada “Terimalah dan kemudian Anda memberi”.
Hal 215:
Kita pergi ke sekolah untuk belajar suatu profesi sehingga kita dapat bekerja untuk mendapatkan uang. Menurut pendapat saya, belajar bagaimana memiliki uang yang bekerja untuk Anda juga penting.
Kita pergi ke sekolah untuk belajar suatu profesi sehingga kita dapat bekerja untuk mendapatkan uang. Menurut pendapat saya, belajar bagaimana memiliki uang yang bekerja untuk Anda juga penting.
Saya menyukai kemewahan saya seperti
halnya orang lain. Perbedaannya asalah, sebagian orang membeli kemewahan
mereka dengan cara kredit. Ini jebakan -mengikuti-keluarga-Salim.
Ketika saya ingin membeli mobil Porsche, jalan yang termudah adalah menelpon
bankir saya dan mendapatkan pinjaman. Alih-alih memilih berfokus pada kolom
liabilitas, saya memilih berfokus pada kolom aset.
Sebagai kebiasaan, saya menggunakan
hasrat/nafsu saya untuk mengkonsumsi untuk mengilhami dan memotivasi kejeniusan
finansial saya untuk berinvestasi.
Sekarang ini terlalu sering, kita
lebih berfokus pada meminjam uang untuk mendapatkan hal-hal yang kita inginkan
ketimbang berfokus pada menciptakan uang. Yang satu lebih mudah untuk jangka
pendek, tetapi lebih sulit untuk jangka panjang. Adalah suatu kebiasaan buruk
bahwa kita sebagai individu dan sebagai bangsa telah jatuh ke sana. Ingatlah,
jalan yang mudah seringkali menjadi sulit, dan jalan yang sulit menjadi mudah.
Hal 218
Ayah saya yang kaya memberi uang sekaligus pendidikan. Dia sangat percaya akan zakat atau derma. Dia akan selalu mengatakan, “Jika kamu menginginkan sesuatu, kamu harus memberi lebih dulu.” Ketika dia kekurangan uang, dia tetap memberikan uangnya pada tempat ibadah atau ke lembaga sosial kesukaannya.
Ayah saya yang kaya memberi uang sekaligus pendidikan. Dia sangat percaya akan zakat atau derma. Dia akan selalu mengatakan, “Jika kamu menginginkan sesuatu, kamu harus memberi lebih dulu.” Ketika dia kekurangan uang, dia tetap memberikan uangnya pada tempat ibadah atau ke lembaga sosial kesukaannya.
Jika saya dapat meninggalkan satu
gagasan tunggal untuk Anda, ya gagasan itu. Kapanpun Anda merasa “kekurangan”
atau “membutuhkan” sesuatu, berikanlah dulu apa yang Anda inginkan dan itu akan
kembali pada Anda berlimpah-limpah. Itu benar untuk uang, sesungging senyum,
cinta, dan persahabatan. Saya tahu hal ini seringkali merupakan hal terakhir
yang mau dilakukan seseorang, tetapi itu selalu berhasil untuk saya. Saya
percaya bahwa prinsip timbal balik itu benar, dan saya memberikan apa yang saya
inginkan. Saya menginginkan uang, maka saya memberikan uang, dan itu kembali
berlipat ganda. Saya ingin meningkatkan penjualan, maka saya membantu orang
lain menjual sesuatu, dan penjualan pun mendatangi saya. Saya menginginkan
koneksi, dan saya membantu orang lain mendapatkan koneksi, dan seperti sulap,
koneksi mendatangi saya. Beberapa tahun yang lalu, saya mendengar sebuah
perumpamaan yang berbunyi, “Tudah tidak perlu menerima, tetapi manusia perlu
memberi”.
No comments:
Post a Comment